Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2023 by Personal Blog & Google

Rabu, 10 Februari 2016

Perjalanan Hidupku Di Amerika (6)

Semalam aku mendapat kabar dari Mrs Anne, kalau dia akan menjemputku untuk berangkat ke Virginia, tepatnya ke daerah Langley.
Langley adalah permukiman lepas yang terletak di wilayah sensus McLean di Fairfax
County, Virginia.
Pagi sekali sekitar jam 6 mereka (rombongan Mrs Anne) sudah menunggu di depan apartmenku. 


Kami pun langsung menuju bandara Los Angeles. 
Ya sudah jelas kami akan berangkat memakai pesawat, karena tidak mungkin melalui jalur darat. Sangat jauh. 
Jarak Los Angeles ke Virginia sekitar 2400 mil lebih atau sekitar 3800 km.

Di perjalanan, Mrs Anne sibuk sekali dengan laptopnya. Aku juga tidak mungkin mengobrol dengan para asistennya. Akhirnya aku hanya diam saja tanpa sepatah kata pun yang aku keluarkan.

Sesekali melihat pemandangan dari jendela meskipun hanya melihat lautan.

Setelah beberapa jam diatas pesawat, kami pun sampai di bandara Washington Dulles, Virginia.
Bandara yang lumayan megah menurutku.
Masih tanpa sepatah katapun, kami langsung masuk mobil yang sepertinya sudah dipersiapkan khusus penjemputan ke kantornya.
Di perjalanan menuju daerah Langley, aku satu mobil dengan Mrs Anne, dan saat itu dia baru berbicara kepadaku. Sambil memberikan id card untuk aku pakai, sudah lengkap juga dengan foto dan nama lengkapku. Ada juga kode scannernya. Dapat foto aku dari mana? Aku baru ingat, itu foto saat aku pertama kali membuat kartu stay (kartu tanda penghuni) di apartemen. Tapi kok? Ya sudahlah.

"Nanti akan ditemani oleh Mr Adam, jika perlu apapun kamu cukup menghubungi dia. Jangan terlalu banyak bicara dengan orang lain." Kata dia dengan alur bicara yang sedikit pelan.
Oh iya, katanya aku juga sudah disediakan apartmen yang tidak begitu jauh dari kantor. Sisa barang-barangku nanti akan langsung diantar juga kesana.
Apabila kinerjaku selama 3 bulan hasilnya bagus, aku akan diberikan fasilitas kendaraan dari kantor. Tapi untuk sementara aku harus memakasi kendaraan umum saja.
Setelah hampir 1 jam perjalanan, sampailah disebuah gedung yang luas sekali.
Ada sesuatu yang membuatku kaget setengah mati dan tidak tau apalagi yang harus aku ungkapkan pada saat itu, ternyata aku akan bekerja di sebuah kantor intelegent ternama di Amerika. 
Oh Tuhan !
Dan setauku, kantor ini semua orang sudah mengetahui jenis pekerjaan dan para pekerjanya seperti apa.

Aku pun berjalan menuju pintu masuk kantor itu.
Mr Adam sudah menungguku. Dia pun langsung mengajakku masuk menuju lobby. Kami berdua (aku dan Mr Adam) menuju lift yang ada di sudut ruangan. Sedangkan Mrs Anne dan para asistennya menuju arah yang berbeda.

Di dalam lift dia menekan angka 35. "I'm Adam, Mrs Anne’s assisten", kata dia.
Dan ketika aku akan memperkenalkan diri, dia langsung meneruskan, "And you Rian Ariandra from Los Angeles, right?"
Oke.

Ya sudah, terdiam. Sampailah di lantai 35. Menuju ruangan tempat medical cek kesehatan.
Kembali teringat saat aku masih mengurus visa-ku di Jakarta. Aku harus melakukan tes kesehatan tentunya. Dulu tesnya di RS daerah Jakarta Selatan. Karena baru tempat itu yang ditunjunk oleh kedubes AS. Di suntik vaksin, diambil darah dan masih banyak lagi. Ternyata sama seperti yang sekarang dilakukan di tempat ini. Setelah hampir 1 jam melakukan pemeriksaan, aku pun diantar menuju tempat dimana aku akan bekerja.
Katanya nanti akan ada beberapa orang yang bekerja di dalam ruangan yang sama, sekitar 30 orang. Tapi untuk saat ini masih dalam tahap perbaikan,  karena ini ruangan baru, jadi baru akan digunakan 2 hari lagi. Jadi aku masih punya waktu 2 hari untuk istirahat sambil menunggu hasil tes kesehatanku.

Aku pun hanya berkeliling melihat-lihat.

Mr Adam pun keluar ruangan menuju lift.

Aku duduk disebuah kursi yang masih berdebu, rasanya lemas. Tidak bisa berpikir yang lain lagi, hanya berpikir kenapa aku sampai mau menerima tawaran Mrs Anne untuk bekerja disini. Ada sedikit rasa menyesal, kenapa aku tidak bertanya se-detail mungkin pada waktu itu ke dia, selain jenis pekerjaanya. Kantornya ini yang jadi masalah. Markas intelegen.


Ya sudahlah.

Pekerjaanku memang masih tetap sebagai administrasi. Bukan seperti di film-film itu.
Aku mencoba jalan-jalan sebentar dan masih disekitar lantai yang sama, dengan kamera yang ada disetiap sudut. Itu baru yang terlihat, pasti dan sangat yakin sekali  masih banyak lagi kamera yang tidak terlihat.


Akhirnya aku turun menuju lobby dan menemui petugas disana untuk menghubungi Mr Adam agar aku diantar ke apartemen.


Tibalah di sebuah apartmen yang menurutku 10 kali lipat mewah daripada apartemenku yang di LA.
Semuanya lengkap. Akses masuk saja menggunakan kartu dan kata sandi. Sungguh luar biasa.
Ketika masuk kamar, aku mendapat sebuah surat. 
Ternyata itu rincian gaji dan beberapa tunjangan yang akan aku terima selama bekerja disana.
Tertulis kalau aku tidak akan mendapat gaji bulanan tapi akan sekaligus pertahun dan dibayar akhir tahun. Sedangkan untuk sehari-hari semuanya sudah tersedia. 
Di dalam amplop juga ada kartu kredit yang bisa dipakai untuk kebutuhanku.

Saat itu juga aku menelfon ibu di Bandung. Aku hanya menceritakan kalau aku mendapat pekerjaan baru yang lebih baik dari sebelumnya. Tidak lupa juga meminta do'a darinya.

Ternyata yang banyak orang impikan diluar sana bisa aku dapatkan hanya beberapa jam saja.



Oh Part 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁